Pendidikan bisa didapatkan dari mana saja dan pendidikan itu bisa dalam hal apa saja. Baik saat pembelajaran formal didalam kelas maupun pembelajaran dari buku-buku, serta pembelajaran yang didapat dengan berinteraksi sehari-hari. Semua pembelajaran itu dapat dikatakan efektif, namun harus benar-benar dipahami oleh masing-masing individu. Apakah mereka dapat mengembangkan pembelajaran tersebut sebagai sebuah wadah untuk memperoleh pendidikan yang efektif dan akurat.
Seperti halnya saat adanya tugas kelompok yang diadakan oleh Ibu Dina di kelas Paedagogi minggu yang lalu, saat Ibu Dina membagikan 5 buah tusuk gigi dan 5 tusuk sate kepada masing-masing kelompok dan kelompok diminta untuk membuat sebuah bintang yang kokoh. Hal ini bisa dikatakan sulit namun bisa juga dikatakan mudah, tergantung dari masing-masing orangnya. Tetapi, berhubung karena ini merupakan tugas kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki cara tersendiri dalam memahami pembelajaran, maka setiap orang dalam kelompok itu harus saling menyalurkan pendapatnya dan saling membantu serta sharing bagaimana cara yang efektif agar dapat membentuk sebuah bintang dari bahan-bahan yang telah diberikan oleh Ibu Dina. Disinilah fungsi makhluk sosial dari manusia itu bisa berkembang. Karena ketika akan merangkai sebuah bintang dari 5 tusuk gigi dan 5 tusuk sate, dibutuhkan konsentrasi, penyatuan ide dari masing-masing anggota, toleransi dan saling membantu satu sama lain dari setiap kelompok. Manusia dikatakan makhluk sosial karena mereka bisa saling mengerti dan membantu satu sama lain serta membuat suatu kesepakatan serta hasil yang dapat mereka capai bersama.
Ketika suatu kelompok diminta untuk membentuk sebuah bintang dari 5 buah tusuk gigi, ini merupakan hal yang sulit dan agak kurang efektif meskipun semua anggota kelommpok telah saling mengungkapkan ide-ide mereka dan saling membantu agar mendapat hasil yang semaksimal mungkin untuk membentuk bintang dikarenakan tusuk gigi dengan ukuran yang kecil dan pendek serta rapuh kurang mampu menghasilkan bentuk yang diinginkan. Namun ketika kelompok diminta membuat bintang dari 5 buah tusuk sate, ini menjadi hal yang lebih mudah dibandingkan yang sebelumnya. Saat setiap anggota kelompok mengutarakan ide-ide nya dan akhirnya berhasil mendapatkan cara untuk merangkai tusuk-tusuk sate tersebut menjadi sebuah bintang, didapatkan kesimpulan bahwasanya tusuk sate itu memiliki ukuran yang pipih dan panjang serta lebih lentur dibandingkan dengan tusuk gigi sehingga bisa dikaitkan satu sama lain sehingga dapat membentuk sebuah bintang.
Membentuk bintang dari 5 buah tusuk sate bukanlah hal yang mudah, namun dengan adanya penyatuan ide-ide yang ada serta saling membantu satu sama lain oleh tiap-tiap anggota membuat hal tersebut menjadi lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat. Menyusun satu demi satu tusuk sate tersebut dan merangkainya sehingga membentuk menjadi sebuah bintang atau bisa dibilang 1+1+1+1+1 = 1!
Manusia ditinjau dari sisi psikologis memiliki 3 aspek penting yang saling berkaitan yaitu kognitif, afektif serta psikomotor. Namun 3 aspek ini juga harus diimbangi dengan kegiatang bersosialisi. Hal-hal yang telah disebutkan tadi merupakan beberapa jalur pembelajaran yang biasa dilakukan oleh manusia yang biasanya terjadi di kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan pendidikan serta pengetahuan akan suatu hal. Setiap manusia itu berbeda-beda, namun manusia tetap disebut dengan makhluk sosial. Setiap individu memiliki caranya masing-masing dalam mendapatkan pendidikannya. Dan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dalam melakukan pembelajaran, individu itu dibagi 3 yaitu : Individu yang cepat dalam belajar, individu yang lambat dalam belajar dan individu yang kreatif.
Namun tiap individu itu juga dapat memperoleh pendidikan baru melalui beberapa bentuk belajar, seperti :
- Belajar dengan symbol, yaitu individu mereaksi karena adanya aksi yang ditimbulkan.
- Belajar dengan menjawab/mereaksi rangsangan yang merupakan gerakan fisik stimulus respons)
- Belajar merangkai, menghubungkan rangsangan yang terjadi dan diikuti dengan respon berikutnya.
- Belajar merangkai kata-kata, yaitu merangkaikan misalnya nama sesuatu benda dengan bentuk bendanya.
- Belajar membedakan, yaitu mempelajari dengan cara memberikan respons secara abstrak terhadap sesuatu rangsangan.
- Belajar aturan, yaitu belajar menghubungkan satu atau lebih konsep dengan konsep yang lainnya.
- Belajar memecahkan masalah, yaitu belajar menerapkan berbagai prinsip hingga memperoleh konsep baru.
Beberapa bentuk belajar diatas, dilakukan oleh tiap orang/anggota kelompok yang mencoba saling membantu agar dapat menghasilkan suatu bentuk bintang dari 5 tusuk sate.
Dalam proses belajar sosial merupakan perkembangan kesetiaan sosial (formation of social loyalities) bila ditinjau menurut sosiobudaya. Kesetiaan sosial individu berkembang dimulai dari lingkungan keluarga, teman sepermainan, sekolah hingga masyarakat luas. Biasanya kesetiaan sosial didasarkan atas :
• Pengalaman individu dalam kelompok primer atau keluarga dapat menimbulkan kesenangan dan penuh percaya diri serta menimbulkan rasa aman bagi individu.
• Pada kelompok primer ini juga ditumbuhkan rasa kesetiaan pada kelompoknya, belajar menempatkan diri, belajar memainkan peranan, dapat saling menghargai dan mengindahkan tanggung jawab masing-masing.
• Kesetiaan terhadap kelompok kecil merupakan batu loncatan untuk meraih kesetiaan dalam kelompok yang lebih besar.
Ketika individu diminta agar dapat merangkai bentuk bintang melalui 5 buah tusuk gigi dan 5 buah tusuk sate, itu dapat terdengar impossible. Oleh karena itu, Ibu Dina membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari beberapa orang untuk merangkai sebuah bintang dari bahan-bahan yang ada. Dalam kelompok inilah, kesetiaan sosial individu diuji. Dan orang-orang yang merupakan anggota kelompok tersebut sebelumnya sudah memiliki banyak pengalaman bergabung dengan kelompok lain, sehingga bisa lebih memahami bagaimana sistematika pembelajaran dalam suatu kelompok sehingga bisa mendapatkan suatu ilmu baru atau yang bisa disebut juga dengan pendidikan.
Referensi :
Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik). PT. RINEKA CIPTA, JAKARTA:2002
(diselesaikan pada tanggal 19 Februari 2010 pada pukul 23.35 WIB)
Jumat, 19 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar